Thursday, December 3, 2009

Ahh ternyata saya cuma Ge-ERRRRRR

Hujan sudah menjadi pemandangan lumrah di kota hujan ini, cukup membingungkan juga buat menentukan baju-apa-yang-musti-dipakai-hari-ini coz pagi cerah ceria, siang hari panas menyengat tapi setelah jam 2 langit langsung bermuram durja dan tak lama kemudian menangis bombay.. hujan sederes-deresnya dengan kilatan petir yang siap menyambar. Jacket musti dijejalkan ke ransel kecil demi melindungi diri dari dinginnya angin Bogor dimalam hari, maklum... gw selalu pulang setelah maghrib. Bukan karena banyak kerjaan, tapi lebih menghindari kemacetan luar biasa di sepanjang jalan kampus IPB Darmaga (resiko tinggal di kampung eh kampus).

Sore itu, selepas sholat Ashar di Masjid PMI gw n banyak jemaah tertahan di masjid menunggu hujan reda. Tidak ada temen yang diajak ngobrol, karena satu-satunya temen yang gw kenal sedang cuti menikah. Seorang ibu berparas Arab beberapa kali melemparkan senyum yang aku balas dengan senyuman pula. Bungah memuncah didadah (hallahh bahasa lu Ndaaaahhh!!)...
apakah ini jawaban atas do'a-do'a hamba ya Allah
apakah Ibu berparas Arab ini melihat bahwa aku adalah sosok yang pas untuk menjadi menantunya?
ahh tapi kan kalo orang Arab sangat menjaga ras!!
eh tapi kan kalo buat anak cowok lebih bebas memilih, jadi ada kemungkinan buat gw nih

Puluhan pertanyaan berseliweran di kepala, antara GR dan tekanan untuk tidak GR, cukup membuat kembang kempis hidung yang pesek ini.

Tidak lama sang ibu berkata: "Mba', coba deh buka jilbabnya?"
WOTTSS!!
ya ampuuun bu.. sudah secepat inikah??
tapi masa saya harus buka jilbab sih??
dijamin orisinal koq bu (LHO LHO.... koq jadi orisinalitas yang dikedepankan)
"Buka jilbab? kenapa bu"? tanyaku dengan senyum yang dibuat-buat manis demi memenangkan hati calon mertua
"Mba'-nya make jilbab rapih banget, ajarin saya dunx"
GUBRAAAAAAAAAAAAAKKKSSSSS!!
Toa masjid-pun jatuh berdebum ke tanah yang basah!!
Hidung yang udah pesek makin mengkeret gak terlihat
Seperti payung kertas yang hancur oleh rintik hujan, hancur pula harapanku menjadi menantu Ibu berparas Arab.

Dengan tetap menegakkan dagu gw ajarin langkah-langkahnya tanpa perlu membuka jilbab. Agak heran juga coz gw bukan termasuk jilbabers yang bisa make jilbab dengan berbagai macam gaya, cuma model peniti biar gak lari kemana-mana. Ohh ibu berparas Arab.. hanya sebatas itukah engkau ingin mengenalku? 
Hiks hikss... akupun berlalu menuruni tangga masjid nyari dukun cinta.. Tak pelet koen!!